Biografi Wali Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 10 Purworejo

 

BIOGRAFI WALI KELAS XI MIPA 1

BAPAK ANUNG ANINDITO





Bapak Anung Anindito merupakan salah satu guru SMA Negeri 10 Purworejo. Beliau mengampu semua kelas XI MIPA dengan bidang studi biologi. Dikenal dengan nama akrabnya Pak Anung, beliau adalah sosok guru yang banyak ditakuti oleh siswa-siswi kelas XI karena beliau sering bertanya kepada siswa dan kebanyakan siswa tidak bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh Pak Anung. Namun beliau orang yang baik dan juga bijaksana.

Riwayat pendidikan yang pernah beliau tempuh yaitu pernah menempuh pendididikan di bangku kuliah tepatnya di Universitas Gajah Mada. Selama kuliah beliau mendapatkan biaya pendidikan dari pemerintah. Pada tahun 1985, beliau mendapatkan uang saku sebesar Rp 25.000,- pada setiap bulannya selama duduk di perguruan tinggi tersebut. Uang saku tersebut digunakan beliau untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Beliau juga sudah tidak meminta uang saku dari kedua orang tuanya.

Pada tahun 1988 beliau lulus kuliah, kemudian pada bulan September di tahun itu juga beliau diberangkatkan ke Timor Timur. Selama 7 tahun sudah beliau di Timor Timur akhirnya beliau mengajar di SMA Negeri 1 Purworejo.

Tahun pertama mengajar di SMA Negeri 1 Purworejo, beliau menargetkan diri untuk belajar satu bab hanya dengan satu malam. Metode belajar yang beliau pakai yaitu pertama hanya mengikuti alur cerita pada buku yang dibacanya, kemudian memahami isinya. Kebetulan juga beliau gemar membaca buku karya hasil karya dari Asmaraman S. Kho Ping Hoo. Disitulah awal mula beliau belajar materi dari buku yang dibacanya. Beliau belajar dari pukul 1 malam lanjut sampai jam setengah 3 kemudian beliau melakukan shalat tahajud. Setelah sholat, beliau  melanjutkan lagi belajarnya sampai benar-benar paham.

Setiap mengajar para siswa-siswi di sekolah, beliau paling senang jika ada siswa-siswi yang sering bertanya kepada beliau terkait materi pembelajaran. Paling senangnya lagi jika ada yang bertanya dengan pertanyaan yang sulit maka beliau akan memberikan nilai lebih pada siswa tersebut. Beliau bukan tipe orang yang pengancam namun beliau suka mendebatkan materi. 



Pewawancara  : Subhan Birori

Penulis       : Enggie Tri Wahyuni




Komentar

  1. rinarafitasari19 Juni 2021 pukul 00.19

    Wah, bagus sekali biografinya. Gaya penulisan tidak monoton, penuh pesan. Dalam tulisan ini kalian sebenarnya juga bisa menambahkan tentang kehiduoan keluarganya. Bapak Anuing punya istri dan anak namanya siapa, kapan Pak Anung menikah, seperti itu. riwayat pendidikan dari SD sampai dengan pendidikan terakhirnya di mana saja? Tetap semangat ya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artikel Pentingnya Memilah Sampah dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup

Gambar
Pentingnya Memilah Sampah dalam Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup         Halo sahabat DASANESIAN!! Kita ketahui bersama, bahwa saat ini masyarakat tidak bisa dipisahkan dengan perkara sampah. Semakin banyaknya sampah yang dihasilkan dan kurangnya pengelolaan sampah oleh masyarakat, ini menjadikan masalah yang serius bagi lingkungan masyarakat tersebut.  Sampah merupakan sisa material yang didefinisikan menurut pemakaiannya sudah melewati proses dan sudah tidak digunakan lagi. Sampah dibedakan menjadi 2 macam, yaitu: 1. Sampah Organik  Sampah organik adalah sampah yang mudah terurai. Contoh dari sampah organik adalah sampah daun, kayu, ranting pohon, sisa makanan, buah-buahan yang membusuk, kertas, dan masih banyak lagi. Sampah tersebut akan dengan mudah terurai dan membusuk dalam waktu yang singkat. 2. Sampah Anorganik Sampah anorganik adalah sampah yang sulit terurai. Contohnya adalah sampah plastik, kaleng, kaca, alumunium, dan masih banyak lagi. Bahkan untuk menguraika
Baca selengkapnya

Dari Satu Kayuhan Sepeda & Senyum Ibu (Cerpen)

Gambar
  Dari Satu Kayuhan Sepeda & Senyum Ibu Picture by Pinterest Aku terus berjalan, melangkah melewati belakang gedung-gedung sekolah. Sebenarnya hari ini libur sekolah, tapi karena ada kegiatan di sekolah jadi aku berangkat. Sambil bersenandung riang, tak lupa senyum yang selalu tersungging di bibir. Aku berlari kecil menghampiri teman-temanku yang kulihat sudah berada di parkiran. Mereka sedang melambaikan tangan ke arahku, memanggilku. Saat jarakku sudah berdekatan dengan area parkir, langkahku terhenti sejenak. Seketika raut wajahku berubah drastis. Wajahku tidak seceria tadi saat keluar dari ruang aula. Entah kenapa, aku sedih. Dan ada rasa—malu—yang menyergap hatiku. Aku berjalan pelan, mendekati mereka semua. Tersenyum sungkan, untuk menyambut senyum cerah mereka. “Rani, kamu bawa sepeda?” tanya salah satu temanku. “Hm, iya nih. Nggak ada motor di rumah, jadi bawa sepeda. Punyanya juga sepeda. Juga udah biasanya kan aku bawa sepeda Na.” Jawabku lirih, lalu kepalaku mendon
Baca selengkapnya